“KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur): Pendidikan Multikulturalisme Dan Pluralisme”

KH Abdurrahman Wahid, atau lebih dikenal dengan nama Gus Dur, adalah seorang tokoh ulama, politisi, dan aktivis sosial yang sangat berpengaruh di Indonesia. Ia lahir pada tanggal 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur, dan meninggal pada tanggal 30 Desember 2009 di Jakarta. Gus Dur dikenal sebagai seorang tokoh yang memiliki visi jernih tentang pendidikan multikulturalisme dan pluralisme, yang sangat penting dalam membangun masyarakat Indonesia yang majemuk.

Latar Belakang Pemikiran Gus Dur
Gus Dur lahir dan dibesarkan dalam keluarga yang sangat dekat dengan tradisi keagamaan dan kebudayaan Jawa. Ayahnya, KH Wahid Hasyim, adalah seorang tokoh ulama yang terkenal dan salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi keagamaan terbesar di Indonesia. Gus Dur sendiri merupakan keturunan ke-41 dari Gus Dur, seorang tokoh Sufi yang terkenal di Jawa.

Pendidikan Gus Dur diawali dengan belajar di Madrasah Nidzamiyah, sebuah sekolah Islam tradisional di Jombang. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir, untuk memperdalam ilmu agama. Selain itu, Gus Dur juga belajar di Universitas Baghdad di Irak dan Universitas Leiden di Belanda.

Pemikiran Gus Dur tentang Pendidikan Multikulturalisme
Gus Dur percaya bahwa pendidikan multikulturalisme adalah kunci untuk membangun masyarakat yang majemuk dan harmonis. Ia melihat bahwa pendidikan konvensional di Indonesia cenderung berfokus pada penanaman nilai-nilai agama dan kebudayaan mayoritas, tanpa mempertimbangkan keberagaman budaya dan agama yang ada di Indonesia.

Menurut Gus Dur, pendidikan multikulturalisme haruslah memperkenalkan siswa kepada berbagai budaya dan agama, sehingga mereka dapat memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Ia percaya bahwa pendidikan multikulturalisme dapat membantu mencegah konflik horizontal dan vertikal di masyarakat, serta mempromosikan kesadaran dan penghargaan terhadap keberagaman.

Gus Dur juga menekankan pentingnya penggunaan bahasa dan budaya lokal dalam pendidikan. Ia percaya bahwa penggunaan bahasa dan budaya lokal dapat membantu meningkatkan motivasi belajar siswa dan memperkenalkan mereka kepada warisan budaya dan kearifan lokal.

Pemikiran Gus Dur tentang Pluralisme
Gus Dur percaya bahwa pluralisme adalah sebuah keharusan dalam masyarakat yang majemuk. Ia melihat bahwa pluralisme adalah sebuah prinsip yang memperbolehkan keberagaman budaya dan agama untuk hidup bersama dalam harmoni.

Menurut Gus Dur, pluralisme tidaklah sama dengan toleransi. Toleransi hanya memperbolehkan keberagaman untuk hidup bersama, tetapi tidak mempromosikan interaksi dan dialog antara kelompok-kelompok yang berbeda. Pluralisme, di sisi lain, mempromosikan interaksi dan dialog antara kelompok-kelompok yang berbeda, sehingga mereka dapat saling memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada.

Gus Dur juga menekankan pentingnya pendidikan dalam mempromosikan pluralisme. Ia percaya bahwa pendidikan yang baik dapat membantu siswa memahami dan menghargai keberagaman budaya dan agama, sehingga mereka dapat hidup bersama dalam harmoni.

Kontribusi Gus Dur dalam Pendidikan Multikulturalisme dan Pluralisme
Gus Dur telah berkontribusi besar dalam pendidikan multikulturalisme dan pluralisme di Indonesia. Ia telah mendirikan beberapa lembaga pendidikan yang mempromosikan pendidikan multikulturalisme dan pluralisme, seperti Universitas Libera (ULI) dan Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STIE).

Gus Dur juga telah mendirikan beberapa yayasan yang mempromosikan pendidikan multikulturalisme dan pluralisme, seperti Yayasan Libera dan Yayasan Wahid Institute. Yayasan-yayasan ini telah bekerja sama dengan beberapa organisasi internasional untuk mempromosikan pendidikan multikulturalisme dan pluralisme di Indonesia.

Kesimpulan
Gus Dur adalah seorang tokoh yang sangat berpengaruh dalam pendidikan multikulturalisme dan pluralisme di Indonesia. Ia percaya bahwa pendidikan multikulturalisme dan pluralisme adalah kunci untuk membangun masyarakat yang majemuk dan harmonis. Gus Dur telah berkontribusi besar dalam pendidikan multikulturalisme dan pluralisme di Indonesia, dan warisannya akan terus dihormati dan dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.

Referensi:

  1. Abdurrahman Wahid. (1999). "Islam Ku, Islam Kami, Islam Kita". Jakarta: Pustaka Alvabet.
  2. Abdurrahman Wahid. (2001). "Pergulatan Agama-Agama di Indonesia". Jakarta: Pustaka Alvabet.
  3. Gus Dur. (2006). "Islam dan Masyarakat". Jakarta: Pustaka Alvabet.
  4. Wahid Institute. (2019). "Gus Dur dan Pendidikan Multikulturalisme". Jakarta: Wahid Institute.
  5. Yayasan Libera. (2020). "Gus Dur dan Pendidikan Pluralisme". Jakarta: Yayasan Libera.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *