Pendidikan Presiden Gus Dur: Mengkaji Pemikiran Pluralisme dari Sekolah hingga Istana
Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan pemikiran seseorang. Bagi Presiden Republik Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan Gus Dur, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai proses pembentukan karakter dan pemikiran yang lebih luas. Dalam artikel ini, kita akan mengkaji pemikiran pluralisme Gus Dur melalui pendidikannya, dari sekolah hingga istana.
Masa Kecil dan Pendidikan Formal
Gus Dur lahir pada tanggal 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Ayahnya, K.H. Abdul Wahid Hasyim, adalah seorang tokoh ulama dan politikus yang aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ibu Gus Dur, Siti Sholehah, juga berasal dari keluarga yang terdidik dan memiliki komitmen yang kuat terhadap agama.
Gus Dur memulai pendidikannya di Sekolah Dasar (SD) Jombang, dan kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) Jombang. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Tebuireng, yang dipimpin oleh ayahnya sendiri. Di pondok pesantren ini, Gus Dur menerima pendidikan yang lebih kuat dalam bidang agama dan filsafat.
Pendidikan di Luar Negeri
Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng, Gus Dur melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Di sini, ia menerima pendidikan yang lebih luas dalam bidang agama dan filsafat, serta mempelajari bahasa Arab dan sastra Arab.
Gus Dur juga pernah belajar di Universitas Baghdad di Irak, dan mempelajari bahasa Inggris di Universitas Indiana di Amerika Serikat. Dalam perjalanan kuliahnya, Gus Dur juga mengunjungi berbagai negara lain, seperti Amerika Serikat, Perancis, dan Jerman, untuk mempelajari masyarakat dan budaya di sana.
Pemikiran Pluralisme Gus Dur
Pendidikan Gus Dur yang luas dan mendalam membentuk pemikirannya tentang pluralisme. Bagi Gus Dur, pluralisme bukan hanya berarti menghormati perbedaan agama dan kebudayaan, tetapi juga menghargai dan menikmati keberagaman itu sendiri.
Gus Dur percaya bahwa agama dan kebudayaan tidak perlu dipisahkan, karena keduanya dapat saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain. Ia juga percaya bahwa toleransi dan dialog adalah kunci untuk membangun masyarakat yang harmonis dan damai.
Kiprah Gus Dur dalam Politik
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Gus Dur kembali ke Indonesia dan memulai kiprahnya dalam politik. Ia menjadi salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan menjabat sebagai ketua umum partai tersebut.
Pada tahun 1999, Gus Dur terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4, setelah kemenangannya dalam pemilihan presiden. Sebagai presiden, Gus Dur mengusung visi untuk membangun masyarakat yang lebih adil, setara, dan harmonis.
Pemikiran Pluralisme Gus Dur dalam Kebijakan
Sebagai presiden, Gus Dur menerapkan pemikiran pluralismenya dalam kebijakan-kebijakan yang diambilnya. Ia mendorong dialog antaragama dan antarbudaya, serta mempromosikan toleransi dan keberagaman.
Gus Dur juga mengusulkan agar hari raya agama lain, seperti Natal dan Imlek, dijadikan hari libur nasional. Ia juga mendorong agar masyarakat Indonesia dapat menikmati keberagaman budaya dan keagamaan.
Kesimpulan
Pendidikan Gus Dur yang luas dan mendalam membentuk pemikirannya tentang pluralisme. Sebagai presiden, ia menerapkan pemikiran pluralismenya dalam kebijakan-kebijakan yang diambilnya. Gus Dur percaya bahwa toleransi dan dialog adalah kunci untuk membangun masyarakat yang harmonis dan damai.
Dalam menghadapi tantangan globalisasi dan modernisasi, pendidikan Gus Dur dapat dijadikan inspirasi bagi kita untuk membangun masyarakat yang lebih adil, setara, dan harmonis. Kita dapat belajar dari pemikiran pluralisme Gus Dur untuk mempromosikan toleransi dan keberagaman, serta membangun masyarakat yang lebih baik.
Referensi
- Abdulmunir Mulkhan. (2011). Gus Dur: Sebuah Biografi. Jakarta: LKIS.
- Abdurrahman Wahid. (2006). Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Jakarta: The Wahid Institute.
- Abdurrahman Wahid. (2007). Tentang Peradaban. Jakarta: The Wahid Institute.
- The Wahid Institute. (2009). Gus Dur: Sebuah Catatan Perjalanan. Jakarta: The Wahid Institute.