Pendidikan Soeharto: Dari Prajurit Hingga Menjadi Presiden Terlama di Indonesia
Soeharto, atau lebih dikenal sebagai Pak Harto, adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Indonesia. Beliau menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia selama lebih dari 31 tahun, yaitu dari tahun 1966 hingga 1998. Namun, sebelum menjadi Presiden, Soeharto menjalani pendidikan yang panjang dan beragam, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan militer. Dalam artikel ini, kita akan membahas pendidikan Soeharto dan perjalanan hidupnya dari menjadi prajurit hingga menjadi Presiden terlama di Indonesia.
Pendidikan Dasar
Soeharto lahir pada tanggal 8 Juni 1921 di Kemusuk, sebuah desa kecil di Kabupaten Argomulyo, Sleman, Yogyakarta. Ayahnya, Kertosastro, adalah seorang petani yang berambisi untuk memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya. Soeharto adalah anak kelima dari delapan bersaudara. Ia mulai bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Kemusuk pada tahun 1927, saat usianya enam tahun.
Soeharto menyelesaikan pendidikan dasarnya di SD Kemusuk pada tahun 1933. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Wonogiri, Jawa Tengah. Ia menyelesaikan pendidikan di SMP pada tahun 1936. Selama di SMP, Soeharto mulai menunjukkan minatnya dalam bidang olahraga, khususnya sepak bola.
Pendidikan Militer
Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan SMP, Soeharto memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke bidang militer. Pada tahun 1936, ia mendaftar ke Sekolah Kadet Militer di Yogyakarta. Soeharto menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Kadet Militer pada tahun 1938 dan kemudian bergabung dengan Tentara Kerajaan Belanda (KNIL) sebagai tentara darat.
Selama periode pendudukan Jepang di Indonesia, Soeharto bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air), sebuah organisasi militer yang dibentuk oleh Jepang untuk melawan Sekutu. Soeharto menjabat sebagai komandan batalyon di PETA dan berjuang melawan pasukan Sekutu di Jawa Tengah.
Perang Kemerdekaan
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Soeharto bergabung dengan Tentara Republik Indonesia (TRI) sebagai komandan kompi. Ia terlibat dalam perang kemerdekaan melawan pasukan Belanda yang berusaha untuk merebut kembali wilayah Indonesia.
Pada tahun 1948, Soeharto menjabat sebagai komandan brigade di Yogyakarta dan berperan penting dalam pertempuran melawan pasukan Belanda. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada tahun 1949, Soeharto menjabat sebagai komandan divisi di Yogyakarta.
Pendidikan Lanjutan
Setelah perang kemerdekaan, Soeharto melanjutkan pendidikannya di Akademi Militer Nasional (AMN) di Yogyakarta. Ia menyelesaikan pendidikannya di AMN pada tahun 1951 dan kemudian menjabat sebagai komandan korps di Yogyakarta.
Pada tahun 1959, Soeharto menjabat sebagai komandan TNI Angkatan Darat dan kemudian menjadi Menteri Pertahanan pada tahun 1962. Ia berperan penting dalam penindakan terhadap pemberontakan Permesta di Sulawesi Utara.
Naik Takhta
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi peristiwa Gerakan 30 September, sebuah pemberontakan yang dilancarkan oleh beberapa perwira tinggi AD dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Peristiwa ini diakhiri dengan pengambilalihan kekuasaan oleh Soeharto, yang kemudian menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pada tanggal 12 Maret 1966.
Soeharto menjabat sebagai Presiden selama lebih dari 31 tahun, yaitu dari tahun 1966 hingga 1998. Selama masa pemerintahannya, Soeharto berusaha untuk membangun ekonomi Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kesimpulan
Pendidikan Soeharto yang panjang dan beragam telah membentuknya menjadi seorang pemimpin yang tangguh dan berwawasan. Dari prajurit hingga menjadi Presiden terlama di Indonesia, Soeharto telah menunjukkan dedikasi dan kesungguhan dalam mengabdi kepada negara dan rakyat. Meskipun pemerintahannya telah berakhir, warisan Soeharto tetap menjadi inspirasi bagi generasi muda Indonesia.