Dalam upaya menyediakan akses pendidikan tinggi bagi semua kalangan, Universitas Muhammadiyah Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), menerapkan metode pembayaran uang kuliah yang unik dan inovatif. Sejak tahun 2018, mahasiswa di universitas ini diperbolehkan membayar biaya kuliah mereka dengan hasil bumi. Kebijakan ini tidak hanya meringankan beban finansial mahasiswa, tetapi juga memperkuat hubungan antara kampus dan komunitas agraris di sekitarnya.
Latar Belakang Kebijakan
Rektor Universitas Muhammadiyah Maumere, Erwin Prasetyo, mengungkapkan bahwa kebijakan ini berlandaskan amanah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, yang menyatakan bahwa negara harus mencerdaskan kehidupan bangsa dan merawat kaum miskin. Menurutnya, tujuan dari kebijakan ini adalah untuk memastikan bahwa pendidikan tinggi dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, termasuk mereka yang berada dalam kondisi ekonomi kurang menguntungkan.
Implementasi dan Contoh Kasus
Pada tahun 2018, sebelum pandemi COVID-19 melanda, kampus ini menghadapi kasus seorang mahasiswi yang tidak bisa mengikuti ujian akhir semester (UAS) karena menunggak biaya kuliah. Setelah menelusuri lebih lanjut, pihak kampus menemukan bahwa mahasiswi tersebut memiliki hasil bumi berupa pisang dan kelapa. Kampus kemudian meminta mahasiswi tersebut membawa hasil buminya ke kampus. Erwin mengenang, “Kami minta bawa ke kampus. Dia putri, tetapi tidak malu. (Dia) dengan satu truk kayu masuk kampus.”
Contoh lain adalah seorang mahasiswa yang mengalami kesulitan serupa dan diminta membawa buah alpukat dari kebunnya. Kampus kemudian membantu menjual hasil bumi tersebut kepada dosen, pegawai, dan jaringan kenalan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan utama bukan pada ketersediaan hasil bumi, melainkan pada akses pasar yang sulit.
Skema Pembayaran
Universitas Muhammadiyah Maumere juga menawarkan skema pembayaran yang fleksibel. Mahasiswa dapat mencicil biaya kuliah mereka hingga tiga kali dalam satu semester, dan kampus memberikan dispensasi waktu pembayaran yang lebih panjang. Sebagai contoh, masa studi empat tahun bisa dicicil hingga enam tahun dengan pembayaran sekitar Rp 300 ribu per bulan. Erwin menjelaskan, “Mereka mampu membayar dalam skema ini.”
Dukungan Melalui UMKM
Selain pembayaran dengan hasil bumi, kampus ini juga mengelola usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dioperasikan oleh mahasiswa. Inisiatif ini bertujuan untuk mendukung kegiatan wirausaha di kalangan mahasiswa dan masyarakat setempat. Melalui UMKM ini, hasil bumi dari mahasiswa dapat diolah dan dijual, memberikan tambahan pemasukan bagi kampus dan membantu menekan biaya kuliah.
Erwin menekankan pentingnya UMKM dalam mendukung kebijakan ini. “Kalau kami berangkat dari biaya lewat UMKM untuk mengelola hasil dari mahasiswa, pasarnya juga besar dan pemasukan untuk kampus juga lumayan supaya uang kuliah untuk mahasiswa bisa ditekan seminimal mungkin,” jelasnya.
Manfaat dan Dampak Positif
Kebijakan pembayaran kuliah dengan hasil bumi di Universitas Muhammadiyah Maumere memberikan beberapa manfaat signifikan. Pertama, kebijakan ini meringankan beban finansial mahasiswa yang berasal dari keluarga petani. Kedua, ini memperkuat keterikatan antara kampus dan komunitas lokal, serta mengangkat nilai ekonomi hasil bumi. Ketiga, fleksibilitas pembayaran memberikan ruang bagi mahasiswa untuk menyelesaikan studi mereka tanpa tekanan finansial yang berlebihan.
Universitas Muhammadiyah Maumere telah menunjukkan bahwa dengan inovasi dan keberanian untuk menerapkan kebijakan yang berpihak pada masyarakat, pendidikan tinggi dapat menjadi lebih inklusif dan berkelanjutan. Program pembayaran kuliah dengan hasil bumi ini tidak hanya membantu mahasiswa dari segi finansial tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, menjadikan pendidikan sebagai pilar utama dalam pembangunan masyarakat yang lebih baik.